NYANYIAN ALUN
demikianlah alun demi alun
di laut keluasan
berduyun beruntun berkelanjutan
mengawali atau mengakhiri
atau sekedar mengalir
di libasan kepastian
mengusung rindu yang lalu
atau harapan yang tak kunjung tiba
dalam biru catatan
di lembar kertas
yang makin ungu
demikianlah alun demi alun
bernyanyi di kesenyapan
sendiri
mengisi sebagian kehidupan
dengan ketelanjangan dan keikhlasan
24 November
SAJAK UNTUK IBU
sembilan bulan itu entah apa kulakukan
mungkin cuma tidur dan mengeliat
atau sudah bisakah aku menangis barangkali?
tetapi apa yang menjadi alasan
bahwa aku tidak berbuat sesuatu
hingga saat kelahiran
aku juga tidak tahu apa-apa
hingga sekian tahun ke depan
tahun-tahun itu gelap dan sama sekali
tak terjangkau olehku
bahkan aku tak mampu mengenali wajahku sendiri
foto foto itu kaukatakan aku
tetapi aku dingin-dingin saja
karena sebenarnya
aku tidak mengerti apa-apa tentang diriku
hanya karena kau saja aku mempercayaimu
kemudian aku mulai dapat mengingat
dalam samar dalam bayang yang kabur
dan penuh tanda tanya
wajah yang membeku, orang-orang yang sedih
dan kau sendiri menangis didekatnya sambil mendekapku
siapa dia? kenapa kau menangis demikian tersedu?
berulang kali kau menyebut sebuah nama, juga namaku
dalam sebuah hubungan yang patah
tetapi aku juga tak tahu apa-apa
hingga suatu ketika kauceritakan dia ayahku
dan aku mengangguk
hanya mengangguk
tanpa rasa gembira
karena kau yang mengatakannya
sejak saat itu kuperoleh sebuah kepastian
untuk pertama kalinya aku mengerti kebenaran
aku lahir dari sebuah pasangan cinta kasih
cukup formal dan biasa saja
dan hanya karna sebuah kepastian saja
seolah kita istimewa, ya
bukankah itu seolah istimewa
sebuah rumah,
seorang ibu,
seorang anak
dan tanpa ayah?
rumah kita kecil
cukup mewakili pemiliknya
pertanyaan tidak harus panjang lebar
tidak harus jauh-jauh atau dalam-dalam
kemiskinan tidak kurang pertanyaan
dan jawabannya tidak perlu impor
sepertinya seolah istimewa
padahal sederhana saja
kau terlahir sebagai anak tunggal kakekku
dan ayah pun tanpa saudara
hanya satu yang menurutku kekayaan:
kau mewariskan keikhlasan
kau tahu bukan?
aku tidak sakit saat teman-temanku memakan jajan
aku bisa tenang dan cukup senang
dalam banyak kekecewaan
yang secara nyata memang tidak mungkin kuperoleh
aku cukup mampu mengarahkan pikiran dan harapanku
kepada hal-hal yang secara nyata belum dapat ku lihat hasilnya
sungguh itu membuatku segar walau nanti dikecewakan lagi
aku berangsur menjadi tidak pengecut dan penakut
bahkan rasanya semakin sedia saja
walau untuk apa pun
dan terakhir
adalah saat aku harus dapat merelakanmu
pergilah dengan tenang
sebab di samping pasti
aku tak mau ikut kau sekarang
kau pun ingin aku jadi seorang laki-laki, bukan?
24 November 2009
KALIMAT AKTIV DAN PASIV
Sejak sekolah dasar dulu
guruku suka memberi contoh
membuat kalimat aktiv
Ali memukul anjing
dengan pasivnya
anjing dipukul Ali
tanpa penjelasan memadai
mengapa anjing mesti dipukuli
lepas dari konotasi negativ
anjing sebagai gambaran jahat di masyarakat
aku dan teman-temanku
segera saja suka memukul anjing tetangga
meski tahu anjing itu ada harganya
dan sengaja dibeli sebagai penjaga
serta tak pernah mencuri ikan atau berbuat kesalahan
hingga karnanya pantas menerima pukulan
kadang-kadang aku berfikir
seandainya pasiv dari kalimat tersebut bisa berbunyi
anjing memukul Ali
maka pasti
hal itu
akan tidak mungkin dan lucu
tidak mungkin
karna jelas melanggar konvensi
sedang lucunya
anjing...kan tidak punya tangan untk memukul?
menggigit memang bisa
kalau digoda
tapi kan bukan kalimat aktiv?
kenyataan yang sering kita jumpai adalah
anjing atau lainnya dipukul
justru bukan dari segi aktivnya melainkan
dari segi pasivnya
pada hal jelas
tak mungkin membuat pasiv dari kalimat aktiv di atas
hanya dengan membalikkannya begitu saja
tanpa menetapkan pelaku dan sasarannya
paling-paling
yang mungkin bisa terjadi
dan bisa diterima di kalangan para ahli bahasa
adalah
anjing menggigit Ali
tapi
apakah itu bukan tragedi yang menyedihkan sekali
pasti
hal itu jangan sampai terjadi
lagi pula kan kasihan Ali
ia bisa sakit hati amat sekali
hingga
anjing bisa dibunuh hingga mati sama sekali
akan tetapi
sebaiknya memang
tak usah saja membuat kalimat aktiv
yang seperti itu bunyinya
biar saja pasivnya
tetap berbunyi seperti sediakala
jangan bikin jendela baru
dari pintu yang telah dipaku
jangan ciptakan kekeliruan-kekeliruan
kian bermacam-macam
jangan sentuh kerawanan-kerawanan
kian menggelikan
jangan ungkapkan kebenaran-kebenaran
kian menyakitkan
itu rawan
itu belati di hati
rawan
ya Tuhan pencipta langit dan bumi
bukankah dulu kami
Kauberi tulang rawan
supaya persendian bisa enak digerakkan?
ampunkan kami yang mudah rawan
bantulah kami
menuju
kedewasaan
HILANG
hilang tanah
hilang akanr
hilang pohon
sebuah hutan yang hilang
hilang wujud
hilang bayangan
hilang pesona
dunia yang hilang
hilang kata
hilang makna
hilang gagasan
dunia yang diciptakan
gagasan yang hilang
hilang
terhilang
menghilang
dihilangkan
ke mana hilang ditemukan?
ditemukan hilang
masa depan
sebuah dunia
yang diciptakan gagasan
hewan-hewan hutan
yang hilang
AIR DARI SEBUAH CAWAN
mari
mari minum segala
yang karnanya kita mengusung air mata
meski
selamanya
tak akan ada henti-hentinya mendera kita
mari
dan jangan lagi berkata pahit
jangan pula
tertumpah di tanah basah
hingga rengat-rengat mengekalkan dukanya
mari
mari minum segala
yang karnanya
kita terbatuk-batuk hingga tua
dan jangan lagi benci
untuk tak berkata
itu tidak adil
karna kita
tak pernah sempurna mengerti segala
karna itu
mari
dan jangan lagi tawar hati
kita minum air
kita minum luka
kita minum cawan
dari darah dan bilur-bilur-Nya
yang sempurna
kita minum pohon-pohon celaka
hutan-hutan khianat
dan semak-semak benci
kita minum dosa
kita minum murka
kita minum segala
dan jangan lagi tak malu
untuk berkata
kamilah yang berhak atas kalian
karna
kita sendiri hamba yang kelewat nista
dari seorang Tuan Yang Maha Adil dan Bijaksana
KALI CODE
(in memoriam Rama Mangun)
engkau tahu
di antara riak sunyi dan gelegak risau
yang menggebalau itu
kelak akan mengepak sayap-sayap merpati
dan menelorkan mimpi-mimpi putihmu
engkau pun tahu
bahwa di antara sampah-sampah busuk
yang berpautan rekat
pada akar-akar pohon kesepian itu
kelak akan meneteskan embun bening
penyegar pagi kehidupan
ya, Rama
aku pernah mendengarnya
bukan hari ini
tetapi esok nanti
ketika matahari
tak lagi hanya terik
saat bulan
tak lagi hanya teman malam
berselubung hitam di tengah pesta posa kegelapan
di saat semua
akan terbuka di wajah langit yang sempurna
di saat gemuruh dusta
dan gelombang kepura-puraan
tak lagi ada sengatnya
tersibak halaman demi halaman
kata demi kata
meluncur dengan wibawa dan bahasa yang sempurna
bukankah
burung-burung mungil itu adalah esok
yang telah kaulahirkan kembali
dari malam-malamnya yang sunyi?
Air kali masih mengalir,
Rama
mesti sendiri
dan teramat sangat sunyi
Engkau di sana
aku di sini
di tepian sunyi khusukmu
berlelehan cintamu
mengunjungi kehidupan
dalam cahaya putih keabadian
PENGAIL
moyangku seorang pengail
ayahku meniru jejak moyangku
dan aku pun suka mengail
di perbatasan desaku yang terpencil
ikannya kecil-kecil
saudaraku juga suka mengail
mereka mengail di mana suka
di Sumatera, Kalimantan,Bali dan lain-lain
dan yang hingga kini masih gencar dikaili adalah
Maluku, Sulawesi, dan Irja
tapi
timtim tidak lagi
kini sudah jadi Lorosae
alias Timor Leste
LENGKING SUNYI KEMARAU
rumput-rumput kering
daun-daun menguning
lengking sunyi kemarau
menikam tanahku dengan suara parau
kembali terserak
citra bumi yang retak
ranting-ranting patah
berebut nyenyak
sedang hujanku
adalah air mata pahit
yang semakin membuatnya sakit
kemarau
entah berapa hujan
mesti diserahterimakan rela
jika kata-kata
tak lagi membahasakan
kehidupan semesta
DI PENGHUJUNG DUA SATU
gerimis dingin
di lorong itu
menghitung satu-satu
suara gemeletuk sepatu
dalam gugusan waktu
rangkaian hidup beradu batu
membentang jarak
antara kefanaan dan kekekalan
angan-angan dan masa depan
menyusup
gema yang bisu
warna yang kelabu
nada yang sendu
namun langkah
tetap terayun
meski gerimis kian melantun
dan
jejak pun berlalu
satu demi satu
di acara
dan
kebisingan
suara-suara
gemeletuk sepatu
RAMALAN CUACA
DI BEBERAPA KOTA BESAR DUNIA
(suplement TVRI di masa lalu)
London cerah
dengan suhu udara cukup
dan desau angin semayup
Paris dan Amsterdam berawan
Sedangkan Tel Aviv dan Ramalah gerah
tapi
Moskow, Peking, Pyongyang
biasa-biasa saja
artinya
suhu udara dan arah angin sama
sedangkan
Geneva,Hongkong dan Las Vegas
Suhu dan arah angin
Bergantung besar kecilnya taruhan
Kairo
lebih-lebih Arab Saudi
sangat cerah
dengan sumber devisa
yang tak tersaingi
sedangkan
New York dan Washington
berkabut tebal
Bagdad, Teheran, Kabul dan Karachi
tak pasti
hujan dan terik
sering terjadi secara mendadak
di luar jangkauan
pesawat detector iklim dan cuaca
sedangkan Darwin
terkejut berat dengan kabut kiriman
yang memaksanya meningkatkan kewaspadaan
tetapi
Tokyo cerah
dan
Kuala Lumpur makmur
terlebih
Bandar Seri Begawan
dan
Bangkok nampak cerah
dengan cahaya matahari paginya
sedangkan Jakarta?
duh
Jakarta tak terbaca
listrik sialan
tiba-tiba saja padam
sebelum Pemberita sempat berkata apa-apa
dan sebab itu
gelap tiviku gelap rumahku
...........
MENARA 2
JALAN LENGANG
jalan ini
kenapa lengang begini
bersimpang-simpang jiwamu
berlalu-lalang
tak pulang-pulang
adakah
karna sempit
cuma batuan dan duri
maka
engkau pun
berpaling menyembunyi
tak sekarang
hidup ini kau nikmati
juga
jalan ini terlampau meletihkan
bagimu alamat
terlampau jauh kau dapat
sedangkan di sini
aku berjalan seorang diri
menyusur jejak-MU
yang diguyur hujan dan panas
tiap hari
SAJAK ORANG-ORANG SEMBUNYI
Orang-orang
mengubah jalan
dan
mencipta arahnya sendiri
telah dikuburnya alamat yang satu
demi gema segala yang tubuh
dijualnya hidup menyeteru
dalam pesta raya mengubur jejak
wajah-wajah putih bedak
berkelebatan
kelelawar membelah semak-semak
membentuk tanah retak
pada kabut napsu
beratap gelas-gelas beracun
serba gelap-gelap itu juga
orang-orang menggalang istananya
namun
jejaknya yang senantiasa haus
meneteskan liur lalat
dan
bau busuk bangkai
menyeruak dari bibir nuraninya
yang penuh sindat
sajak ini
pun kutulis dalam kesilauan
nyaris buta sepenuhnya
hanya oleh sinarNYA
membuka kelopak hati
kukenali bayang-bayang mereka sembunyi
berpapasan denganku
di jalan ini
bak kelelawar melintasi matahari
TONGKAT
tiba-tiba
engkau datang
selagi aku memangku anak istri
lenganmu
menjinjing sekeranjang mimpi
dalam nafas aneh
berbau minyak wangi
kau tanyakan padaku
seperti bisik angin
di mana
harus kutaburkan bunga
untuk makam seorang bekas penyair?
kutunjukkan padamu
sebuah tongkat
kukatakan pula bahwa
sudut itu adalah
tempat pilihannya selamat
tapi
kau tak sependapat
katamu
bukan di situ
kubur yang tepat
lalu
kataku
jika itulah maumu
tabur saja bungamu ke udara
barangkali
angin akan membawa ke alamatnya
tapi
kau pun menolaknya
bukan
bukan di sana
di sinilah tempatnya
di tanah pijak
yang tak mungkin dielak nurani
aku terharu
kupandangi tongkat
tersandar membeku
mungkinkah akan tumbuh semimu?
bertahun
menyudut sunyi kamarku
hanya serentetan bunyi yang jauh
membisik sebentar
dan
tangis anakku pun
membuatnya pudar
SERAUT WAJAH PENUH LUKA
seraut wajah
menikam dada
penuh goresan luka
dan sisa nanar tak terbaca
wajah siapakah ini
terbius sihir tivi
dimakan promosi-promosi?
lewat pancaran bulan
wajah itu kesepian
ada serbuk besi
dan
pecahan-pecahan kaca
ada bekas kemabokan
dan
sidik jari pemerkosaan
o
wajah itu sayu
beku
tanpa bahasa itu
kering
tanpa air susu
wajah itu
tak ada yang mau mengaku
atau
inikah
wajah anak-anakmu?
=============
SEBUAH KATA HILANG
sebuah kata hilang
ataukah
menjilma seorang anak manis?
tetapi
sejak kapan
terkunci kekosongan itu?
begitu mendadak
sunyinya memaku hasratku
pernahkah
melintas di benakmu
seseorang
akan bertanya-tanya sendirian
setelah berkali
mengetuk daun pintu
lalu
ditinggalkannya impian
sebelum
kemudian beringsut pergi
mungkin
esok akan terbuka kunci
dan
terulang kembali
acara minum kopi
sebuah kata hilang
dan
kudengar berita sumbang
di bulan januari
badai apa gerangan mengguncang
aku masih menggigil
di ruang tunggu rs elizabeth semarang
saat desau angin itu
menghamburkan bulu-bulu hitam
aku memungutnya
sebagai penawar sepi malam
lalu
handry dalam kepadatan acara
masih saja bicara dengan kelembutannya
tak apa
hanya desiran angin biasa
wahai
benarkah hanya sebuah desiran angin biasa?
kucari sebuah kata yang hilang
di bulustalan
namun sepi
daun pintu pun terkunci
atau
benarkah kini
telah menjilma
seorang mungil yang manis?
ayolah kawan
puisi-puisi berdesingan
di mana penamu
di mana pelurumu
atau
sebagai singa tua
hilang semangat menjelajah rimba?
sebuah kata hilang
kucari
di bulustalan
namun
sunyi lengang
dan
kau pun hilang
tersihir manis sarang
SISA HUJAN
akan bergema
di relung hatimu
saat-saat
yang melantun sendu itu
seolah
irama mencari lagu
pada ruang waktu
pernah bertemu
akan bergema
seirama tetes di beranda
menayang warna duka
di ruang silam
yang
tak putus merindu
bayang rembulan
dan
meski kan terkecoh
di langit kelam
akan
masih terus berjaga
sampai lama
meski
tetes-tets
tlah hilang suara
============
MATAHARI TELAH SILAM
tak terbilang lagi
betapa
rumput-rumput
telah melipat daun-daunnya
yang kering
tak juga akan terkenang
letih perjalanan sehari
yang kencang angin
tak pernah terhapuskan
sepi
yang dalam
semboja tua
telah menutup usia
sejak digugurkannya daun
yang penghabisan
di ujung angin itu
tinggallah tatap
yang sia-sia
di batas senja
mulai terseduh
luka membaka
yang tertinggal
siapa melewatinya?
matahari telah silam
di beranda
adakah
kita lewat di jalan-Nya?
=============
PADA SEBUAH SIMPANG
mobil-mobil
berlarian entah ke mana
di simpang itu
seolah
semua harus berkata
cukuplah sampai di sini
tapi
mulut demikian katup
di situ
terbaca dalam huruf-huruf tua
perjalanan anak-anak adam
yang tak lagi seputih leluhurnya
mencari dan menyua
bayang-bayang kelam
dari dunia kebimbangan
hentikan
hentikanlah di sini
bisik seseorang
seperti hembusan angin
bercampur deru mesin
dan
cericit roda
di atas aspal hitam
mengusik keheningan
sebuah kolam
plung
menyebar ke tepian
mengulur rasa panjang-panjang
menyelam fikir dalam-dalam
betapa
perjalanan
telah berlalu
cukup jauh
ke alamat-Nya
==============
SAJAK SEUSAI HUJAN
ada luka
di pelupuk mata
tersembunyi
di balik senyum tipismu
ada jendela
terbuka untuk segala
menayangkan warna duka
ke langit biru yang terbuka
kenanglah
pada masanya kan tiba
waktu tak terduga
dan
esok menjemputmu
bersama kicau burung
di udara
berikan air matamu
semampu tangismu
sungai yang keruh
ke laut jua arahnya
KESAKSIAN RUMPUT
tanah menangis
jauh dari firdous
dari mimpi keringat dan humus
menelantarkan putih melati
yang
tumbuh tandus
tanah penuh darah
menyimpan luka-luka membusuk
baunya menguap ke langit
mencipta kabut hitam
di jalan-jalan tak berlampu
Tuhan
aku merekamnya
di kesunyian hari-hari
tanpa mawar tanpa melati
sungguh
telah sehitam ini tanah
dicemari
racun limbah
dunia materi
KUK
kuk
adalah warisan
sejak
bagimu tergelar kehidupan
kuk
adalah cermin pecah-belah
yang
mengekormu ke segala arah laksana
bagian tak terpisah
kuk
yang mengental
tak tau lagi akan sengal
menjadikan
dirimu makin kenal
SAJAK UNTUK ANAK
kamu lahir
saat ketertiban menjadi semacam jaksa
anakku
ayah sendiri tak tahu
keadaan akan berubah secepat itu
maka kudidik kau
sebagaimana dulu
ayah dididik seperti itu
tak boleh ini tak boleh itu
termasuk tak boleh tahu
mengapa harus begitu
satu-satunya yang boleh
yaitu yang diharuskan dilakukan adalah
meniru
ya
meniru
dan
ayah seratus nilainya
untuk hal-hal seperti itu
saat itu
semua orang
memang harus bisa seperti ayahmu
artinya
harus bisa bernilai seratus
dalam hal meniru
sebab
nilai lima puluh
sama artinya dengan tidak setia
dan itu sangat berbahaya
anakku
ijazah bisa tak laku
di jalan raya
terantuk batu
kerjaan tetap bisa lenedap
dan
yang lebih mengerikan lagi adalah
ah, sudahlah
anakku
asal engkau tahu saja
hal itu sangat berbahaya
di jaman ayahmu
jadi
itulah sebabnya
kenapa dulu
ayah mendidikmu
seperti dulu ayah juga dididik seperti itu
maka janganlah terburu-buru
menuduh ayah tak jujur mendidikmu
karna
di samping jamannya memang begitu
ayah sendiri juga tak ingin
engkau sengsara
hanya karna tak pandai dalam hal meniru
lalu
kalau kini keadaan telah berubah
mungkin itu mujizat atau berkat bagimu
seperti ayah diam-diam juga berharap begitu
perubahan
yang tak sekedar beda dengan yang dulu
melainkan
yang benar-benar mampu mengangkat
derajat hidup ini
setingkat lebih maju
di mana manusia
tak lagi diperhamba
oleh aturan ini itu
terlebih
tak jadi korban
dari aturan-aturan
yang memang tidak perlu
manusia
anakku
memang harus menjadi kunci
dari segala-galanya
karna
sekali hal itu dilupa
maka sia-sialah perubahan
betapapun baiknya
terlebih lagi karna
kamu bangsa Indonesia
yang satu kata saja
sudah punya makna berbeda-beda
nah
anakku tercinta
jika benar
di jaman yang telah berubah ini untungmu ada
pesanku jangan sampai engkau lupa
Indonesia jangan kaubalik untuk manusia
sungguh
itu sangat berbahaya
di samping pasti
akan dikutuk yang Maha Kuasa
mengapa
karna sejak semula
manusia tidak dicipta
untuk menjadi korban siapa saja
termasuk oleh
ambisi-ambisinya
betapapun tinggi harus kita hargai
Indonesia
tak luput dari sebuah pengertian
bernama ambisi
yang jika tak kita waspadai
akan bisa mengubur
Indonesia dari hak hidupnya yang azasi
sebab itu
bersihkanlah Indonesia
dari ambisi-ambisi
dan serentak dengan itu pula
bukalah mata hati
agar tak salah lagi
kau mengenali
negeri indah bak taman seribu bidadari ini
anakku yang bijak cendekia
betapa bangga ayah punya putera
berapa pulau
kau hitung di Nusantara
berapa suku tinggal dan berbahagia di dalamnya
berapa adat
bahasa dan budaya
serta agama yang dianutnya
adakah
tempat lain di bumi ini
sekaya negeri tercinta ini
anakku yang berhati mulia
ayah tanya padamu
saat geger terjadi di mana-mana
engkau sendiri di mana dan sedang apa
masih kau ingat pesan ayah bukan
tekun belajar
beribadah dengan benar
rendah hati
jujur
sopan
tak gentar hadapi tantangan
tegar dalam mengejar cita-cita
ya ya
ayah percaya
konsentrasimu tak akan mudah goyah
oleh suara dan rupa apa saja
ayah juga percaya
kau tak akan gampang
diajak ke mana-mana
apa lagi yang tak kau tahu tujuannya
o ya
anakku yang saleh beragama
syukurlah
kau telah tahu juga
bahwa agama itu laksana sebuah pusaka
yang tak perlu ditunjuk-tunjukkan
wujud lahirnya
supaya
tak hilang tuahnya
juga
tak membuat orang lain tak sejahtera
sungguh
betapa bangga
ayah melihatmu telah dewasa
ayah berdoa
agar selamanya
hal itu dapat kau jaga
terutama
agar tak seperti Kebo Ijo
yang akhirnya
tertikam juga oleh pusaka pinjamannya
anakku yang cinta bangsa
ayah juga bangga
kau punya jiwa seni dan rasa estetika
itu akan perdalam
penyelaman iman agamamu
di samping
memperhalus rasa kemanusiaan
sebagai ciptaan mulia
jika kau dapat mencapainya
mata dunia
tak akan berhenti berkedip
ke Indonesia
ayah juga senang kau suka berolah raga
itu tandanya kau tahu kesehatan harus dijaga
memang
perlu juga jadi juara
tapi tujuan berolah raga masih banyak lagi lainnya
wah wah
tahu juga filsafat rupanya
itu bagus juga
anakku yang sungguh-sungguh membuat bangga
betapa ingin ayah dekat denganmu senantiasa
berbagi rasa
berbagi cita-cita
terutama
berbagi gagasan
tentang Indonesia tercinta
walau kadang
terpaksa ayah tersenyum ganda
kau tahu mengapa?
pertama
karna
betapa pun lucu
engkau anakku adanya
kedua
karna
sebenarnya ayah kawatir
jangan-jangan
kau hanya akan menjadi seorang idealis
yang mudah terjebak puas
hanya oleh mimpi-mimpi belaka
tapi tak apa
karna justru yang sepertimu itulah
yang punya alasan
berdiri tegak di alam nyata
ya
jangan malu kalau dihina
selain itu
anakku
betapa ingin
ayah memilikimu
tapi
ayah sadar
tak mungkin itu
anak-anak
adalah milik Sang Maha
ia ada padamu
tapi bukan milikmu
kata Gibran yang kesohor itu
dan ayah pun tahu
kau
adalah milikmu sendiri
milik Pencipta hidupmu
milik bangsamu
karna itu
pergilah anakku
dia menunggumu
rindu pengabdianmu
jangan takut
majulah
maju
doa ayah menyertaimu
berjuanglah
untuk yang satu itu
utamakan di atas segala kecintaan pribadimu
dan jangan lupa
jaga baik-baik pusaka pinjamanmu
jangan seperti Kebo Ijo yang bodoh itu
kelak
jika ada senggangmu
jenguklah ayah
di tempat lahirmu
nyanyikan Desaku yang Permai
sebelum kau ketuk pintu
agar tak lupa
ayah mengenalimu
oooo000oooo
LANGIT BIRU DI FAJAR BARU
bila tiba waktunya
berarak alun ke tepi
pelepah-pelepah nyiur
di pantai itu
bernyanyi tentang sepi
dan
di tiang-tiang perhentian
bertengger letih
burung-burung galau
berhitung bulu-bulu
dengan
usia dan sisa tenaga
seolah berkisah
tentang
sederetan awan
di kejayaan silam
usah
berdebar untuk esok
dengan
hati sendiri
kapal-kapal dari seberang
akan datang dengan berita lain
tentang
fajar hari
langit biru
awan-awan putih
atau
ombak
laut
dan
keluasan
yang
senantiasa terbuka
untuk
segala
di sana
sebuah sampan
dengan
layar terkembang
tantang rintang dan juang
siap laju
ke
pulau baru
dengan
cahaya yang sama
karna
selama detak masih ada
dan
nafas hidup tersedia
tak ada akhir
tak ada batas
buat
kreativitas
dan
pengabdian kehidupan
KALIMAT AKTIP DAN PASIP
sejak sekolah dasar dulu
guruku suka memberi contoh
membuat kalimat aktip
ali memukul anjing
dengan pasipnya
anjing dipukul ali
tanpa penjelasan memadai
mengapa anjing mesti dipukuli
lepas dari konotasi negatip
anjing sebagai gambaran jahat di masyarakat
aku dan teman-temanku segera saja
suka memukul anjing tetangga
meski tahu anjing ada harganya
dan sengaja dibeli sebagai penjaga
serta tak pernah mencuri ikan
atau berbuat kesalahan hingga
karnanya pantas mendapat pukulan
kadang-kadang aku berpikir seandainya
pasip dari kalimat tersebut bisa berbunyi
anjing memukul ali
pasti
itu tidak mungkin
dan
lucu
tidak mungkin karna jelas melanggar konvensi
sedang lucunya
anjing kan tak punya tangan untuk memukul?
menggigit memang bisa
kalau digoda
tapi kan bukan kalimat aktip?
(kenyataan sering kita jumpai
anjing dipukul justru
bukan dalam kalimat aktipnya
melainkan dalam kalimat pasipnya)
pada hal jelas
tak mungkin membuat kalimat pasip dari
ali memukul anjing
hanya dengan membalikkannya begitu saja
tanpa menetapkan lebih dulu
pelaku dan sasarannya
paling-paling
yang mungkin bisa terjadi
dan bisa diterima di kalangan para ahli bahasa
sehubungan dengan hal itu
adalah
anjing menggigit ali
tapi
apakah hal itu bukan sebuah tragedi
apa lagi di jaman yang bingung ini?
pasti
itu jangan sampai terjadi
sebab
kasihan ali
ia pasti akan sakit hati
hingga anjing bisa dibunuh hingga mati
tapi sebaiknya memang tak usahlah
membuat kalimat seperti itu bunyinya
biar saja pasipnya tetap berbunyi
seperti sediakala
jangan buat jendela baru
dari sebuah pintu yang telah dipaku
jangan buat kesalahan-kesalahan
kian berkian
jangan sentuh kerawanan-kerawanan
memalukan
jangan ungkap kerawanan-kerawanan
menyakitkan
jangan
itu masalah rawan
itu belati tajam
di hati rawan
ya Tuhan
bukankah dulu
Kauberi kami tulang rawan
agar persendian bisa enak digerakkan?
ampunkan kami
yang mudah rawan
bantulah kami
menuju kedewasaan
--------
TENTANG SEJARAH ATAU RUMAH
jika sejarah adalah
sejarah perjuanganmu
untukmu
kusediakan sebidang tanah
dan
dengan suka rela
kudirikan di sana
dua batang tiang rumah kita
jika sejarah adalah
sejarah keinginanmu
untukmu
kusediakan sebidang dada
dan
dengan suka rela
kudirikan di sana
dua batang tiang rumah kita
jika sejarah adalah
sejarah perjuangan keinginanmu
untukmu cukuplah sudah
sebidang tanah
sebidang dada
dan
empat batang tiang
namun
rumah kita kosong
tanpa alas atap dan dinding
hingga baik kamu maupun aku
tak bisa tinggal di dalamnya
lain kali
marilah kita buat rumah yang lengkap
hingga kita dapat tinggal bersama
dan
biarkan orang lain membuat sejarahnya
hingga
anak cucu dapat mewarisinya dengan bangga
Oooooo00ooooo0
TENTANG KAMU DAN AKU
kita jauh
dan jenis kelamin kita pun beda
bahkan dari berbagai segi
kita tidak sama
dan tak akan pernah sama
kamu jenis tertentu dari
cara penggolongan tertentu
kamu obyek tertentu dari
subyek tertentu
dan
engkau adalah engkau
menurut mereka
aku juga mengenalmu
bukan
bukan mengenalmu
tapi sekadar tahu tentang kamu
bukan karna sebelumnya kita
pernah bertemu
bersahabat
dan saling mengenal
tidak
aku tak pernah tahu tentang kamu
sebagaimana kamu oleh dirimu
jadi maafkan
jika nanti
terbukti aku keliru mengenai kamu
walau aku sangat bisa keliru
dalam banyak hal termasuk
mengenai satu hal tentang kamu
namun dalam hal ini aku tak bermaksud
menambah daftar kekeliruan tentang kamu
seperti yang selama ini kau tahu sendiri
bagaikan perlombaan
begitu membudaya
bahkan begitu religiusnya apa saja
hingga seolah-olah
Tuhan dan agama adalah alat resmi
untuk membedabedakan apa saja
walau begitu
meski kita memang beda dalam segala
dan tak akan pernah sama dalam apa saja
aku minta kepadamu
kita bisa sama
sebagai manusia
itu saja
-----------
aku mau
aku mau
bukan apa yang kamu mau
tentang Dia
tapi
apa yang Dia mau
tentang kamu
aku mau
bukan apa yang kamu katakan
tentang Dia
tapi
apa yang Dia katakan
tentang kamu
aku mau
dengan sejujurnya kamu berkata
tentang Dia
bukan sebagai Dia yang kamu mau
atau kamu katakan
supaya aku tidak serta merta
menduga bahwa
kamu seorang pendusta
karna
dalam segenap kebebalan dan kebodohanku
aku mau
siapa pun kamu
dari mana pun asalmu
hitam kuning coklat atau putih kulitmu
menyembah dan menaatiNya
menghayati dan mengajarkannya
bukan seperti apa yang kamu mau
tapi seperti apa
yang Dia mau
kita lakukan dengan ketulusan
karna
betapa luas dan dalamnya Dia
betapa agung dan mulianya Dia
siapa dapat merangkumNya
siapa dapat menyentuhNya
siapa dapat mengenalNya
apa arti kehadiranmu di hadapanNya
siapa kamu
sebegitu berartinyakah kamu
hingga Dia memerlukanmu
hai kamu debu
kembalilah ke asalmu
hayatilah keberadaanmu
dan jangan lagi bermimpi
membuali insan milikNya yang berakal budi
karna Dia memang bukan kamu
bukan hasil terbaik gagasanmu
Dia adalah Dia
Pemilik segala kuasa
tak pernah dapat kau raba dan kau duga
Dia adalah Dia
Pemilik segala
AIUEO
terlalu baju si pongah bermain
dadu merah darah si marah di kepala
batu si dungu bak lenting pertama
hujan berlagu
di kelebatan hutan memburu
lidah kelu si bisu beramai-ramai
si murai bersiul punai
membantai si lunglai mengajar kelakar
si pendekar mengaum gigi besi si benci
berpijar di mulut buaya si singa
mencium bau sorga si dusta mengekor angin
kemarin lupa bersikat gigi pula lupa
membaca nama dan tanggal lahir sendiri
saat hari sudah pergi
di kamar mandi si suci tertinggal
sepenggal kenang si belang
bercabang kata dengan bahasa mata
si buta mengintip wajah dewa
dari lobang sempit nafas
si malas bersibuk memanen
gabah si kalah
wah wah wah
terengah-engah tuh si payah
membaca Firman Allah
( 21 April 2009 )
TANAH
kau,tanah
meski sejarahmu begitu megah
tapi kau bukan siapa-siapa
sampai kembali tak tahu
ke mana mula asal diammu
dan
kau bukan apa-apa
hingga semua lobang terbuka
pergi entah ke mana
kau pun tak terjaga
kau,tanah
semata tanah
air api udara dan darah
menyifatkan kesementaraan
berhentilah berkilah
berhentilah memfitnah
karna kau hanya tanah
semata tanah
meski oleh kemurahanKU
kau bisa mendengar suaraKU
namun kau tak mengerti kehendakKU
meski oleh belas kasihKU
kau bisa melihat ujut keagunganKU
namun kau tak bisa menangkap pesan-pesanKU
meski oleh kebijaksanaanKU
kau bisa mengerti sebagian kecil sifatKU
namun kau tak mengenal pribadiKU
memang
siapakah kau, wahai tanah yang busuk
hingga kausempitkan keluasanKU
kaudangkalkan kedalamanKU
kaunistakan kekudusanKU
kembalikan surgaKU
kembalikan tahta dan kekuasaanKU
dan jangan fitnah lagi AKU
kau tak berhak apa pun tentang AKU
kau tak tahu menahu tentang AKU
karna
AKU ADALAH AKU
semata
AKU
dan hanya
AKU
(25 April 2009)
SESEORANG DAN BAYANG-BAYANG
seseorang di air bening
bercermin langit dengan bayang-bayang
purnama memanggil suara katak
bersilang pesan dengan lolong anjing kesepian
” Tidakkah kau mengenal siapa aku?”
aku
siapakah aku
kepada yang hitam itu pun tak dapat
diingatnya lagi bagaimana menangis pertama kali
dan kini ia pun lupa menuliskan tanggal bulannya
meski telah disibak-kedukkannya air
dan juga direguknya cahaya seribu bulan
namun yang didapatkannya hanyalah
sebutir pasir yang kemudian lenyap
dalam remasan jemarinya sendiri
seseorang di air bening
bercermin langit dengan bayang-bayang
mungkinkah terselami kedalaman cahaya
yang menembus dinding waktu
meski di kebeningan air sejernih kaca?
bunga rumput akan kering
daun-daun menguning
rambut pun bercerita
tentang apa yang salah kauduga
tentang DIA
tentang surga
tentang neraka
bahkan tentang dunia dan manusia
(25 April 2009)
KELINCI DAN SINGA
bagaimana cinta
aummu terlalu kata
bagaimana tak sakit
pandanganmu terlalu kulit
bagaimana diterima
pikiranmu terlalu warna
bagaimana tidak ngeri
tatapanmu terlalu gigi
bagaimana jalan dengan aman
arahmu terlalu ke kanan
bagaimana tidak jemu
tampilanmu terlalu bulu
bagaimana bisa bercandaria
dengan sesama kita
karna kau singa luar biasa
sedangkan aku
cuma seekor kelinci biasa
(25 April 2009)
PESONA SURAM DI SEBUAH KOLAM
”Ingat, di langit tak ada pelangi”
katamu sembari membangun rumah pasir
di atas segundukan jerami
purnama bulat mengambang tenang
di permukaan kolam menertawa kebodohanku
atau mungkin juga kau
daun-daun bunga-bunga juga sehamparan rumput
menghitam mencoklat menghijau atau membiru
malam tak peduli warna
”Matahari akan berhenti tepat di atas kepala
dan tak ada lagi pagi siang atau malam”
katamu sembari melempar segenggam batu
ke dalam kolam
kulihat malam semakin kelam
di atas gelombang longitudinal
bergoyang bulat purnama
dengan wajah teriris-iris
berlapis pisau permukaan kolam
memecahkan impian rumah pasir
segunung jerami daun-daun dan bunga-bunga
hanya ikan-ikan
yang berani merenangi malam
dengan sekujur tubuhnya
AKU TAK PUNYA KATA
aku tak punya kata
bagiku hanya tersedia indera
tanpa kemampuan mencipta
nama-nama juga benda-benda
telah tersedia
jauh sebelum aku mengungkapkannya
aku melihat satu ketika sebagai bagian
dari sebuah kerumitan dan di lain waktu aku
aku menemukan diriku terlepas begitu bebas
seperti awan lepas di angkasa raya
begitu sendiri namun tak terperangkap
dalam kesunyian yang pilu
atau keriuhan yang hangat
aku menerima
aku menyedia
aku merela sebagian kepemilikan
menjadi bagian lain yang bukan aku
tetapi kami
aku berada dalam kesemestaan
pada air, udara, terik surya
gerak tetap bumi, pergantian musim
dan ketersendatan peredaran
nafas mengalir pada gerak lamban
tengah malam
pada riuh denyut jantung keseharian
pada kicau burung, hangat mentari
begitu saja huruf-huruf hadir mengalir
meliputi dan menafasi segala
di mataku di kepalaku di kulitku
aku menjadi alat kehadirannya
kata demi kata tersusun sejak awalnya
begitu rapi
membentuk pengertiannya sendiri
menafaskan kehidupannya sendiri
mungkin dia bunga
yang tumbuh di atas kerak batu
mungkin dia nada biru
yang lembut membelai kalbu
atau irama yang menyegarkan jiwa
mungkin duri yang tajam atau hantaman godam
yang melumatkan keangkuhan
mungkin kehangatan cinta
atau jenis asmara lain
yang menggugah kesadaran
huruf-huruf adalah soal kehadiran
kata-kata adalah soal memahami kenyataan
dan semua itu tak ada padaku
hingga dengan seadanya aku berkata
aku tak menciptakannya
aku hanya menghadirkannya
dalam keterbatasan menangkap dan menghayati
sebagian dari kerumitan yang mungkin terlupakan
dan yang lain akan menambahkan
demi kesempurnaan yang terbuka
puisi adalah hasil nyata dari sebuah pergumulan
dari sebagian kerumitan
satu sisi adalah penyair
dan lainnya adalah kata-kata
puisi tak pernah bicara pada siapa-siapa
hingga kita menolong kehadirannya
atau menjadi bagian keberadaannya
(25 April 2009)
Rabu, 25 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar